Minggu, 25 Maret 2018

Musik Sampe dari Kalimantan dan seluk beluknya



#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Alat Musik Sampe Kalimantan dalam
Hubungannya dengan Remuknya Tulang-Tulang)
_________________________________________________________________









_________________

Kata Pengantar
_________________

Para kawan dimanapun berada...!

Dalam bahasa Dayak desebutkan :

"benutah tulaang to'awah itu secara har?ah"

Artinya :
Sampe mampu meremukkan tulang-belulang hantu yang bergentayangan"

Bagaimana, hebat bukan, Alat MUsik Sampe ini...?

Menurut hemat penulis memang hebat kawan, bunyinya sedemikian
mengigit hingga terkadang tersa seperti mengigil mendegarnya.

Penulis sendiri sudah ratusan kali mendengar istrumen orang
Kalimantan ini, dan hasil pendengaran saya terakhir menimbulkan
suatu keinginan untuk pindah Suku.

Maksud penulis, "Penulis mau pindah dari Suku Batak ke Suku
Dayak saja". Bagaimana menurut Clea'an...?

Para kawan dimanapun berada...!

Berikut info lengkapnya.

...dan...

Selamat menyimak...!


____________________________________________________________

Sekilas info Alat Musik Sampe / Sape Kalimantan
____________________________________________________________











* Pengertian


Sampe merupakan alat musik tradisional Suku Dayak. Penyebutan alat
musik yang dimainkan dengan cara dipetik ini berbeda-beda dalam
tradisi masing-masing Sub suku dayak yang ada di Kalimantan Timur.


* Sejarah








Orang-orang suku Dayak yang sebagian besar menetap di wilayah
Kalimantan, Indonesia dan Malaysia Timur telah melalui
periodesasi zaman yang sangat lama.[2] Oleh karena itu, kaum
Melayu Tua ini tentunya memiliki peradaban dan kebudayaan
beserta semua perangkat adat dan tradisinya.

Salah satu wujud hasil budaya orang Dayak adalah alat musik
tradisional yang memiliki ciri dan kegunaan yang khas. Dalam
kehidupan sehari-hari orang Dayak, seni musik dan alat-alat
musiknya menjadi salah satu media yang diperlukan dalam
pelaksanaan upacara-upacara adat, selain tentu saja juga
berfungsi sebagai sarana hiburan.

Terdapat berbagai jenis alat musik dalam tradisi kebudayaan
orang Dayak, termasuk alat musik pukul, tiup, maupun petik.

Salah satu alat musik petik yang cukup poluler di kalangan
suku Dayak, terutama orang-orang suku Dayak yang hidup di
Kalimantan Timur, adalah sampe.

Sampe dalam bahasa lokal suku Dayak dapat diartikan “memetik
dengan jari". Dari makna namanya itu diketahui dengan jelas
bahwa sampe adalah perangkat musik yang dimainkan dengan cara
dipetik.

Namun, penamaan alat musik Melayu Dayak ini ternyata berbeda-
beda di tiap-tiap sub etnis suku Dayak yang ada di Kalimantan
timur.

Nama sampe’ digunakan oleh orang-orang suku Dayak Kenyah, orang-
orang suku Dayak Bahau dan Kanyaan menyebutnya dengan nama sape’,
suku Dayak Modang mengenal alat musik ini sebagai sempe,
sedangkan orang-orang Dayak Tunjung dan Banua menamainya
dengan sebutan kecapai’ .

Kendati sama-sama berjenis alat musik petik, namun sampe
agak berbeda dengan gitar dalam cara memainkannya.

Dalam memainkan gitar harus menggunakan satu tangan saja untuk
memetik senar, sedangkan tangan lainnya difungsikan untuk
mengatur nada pada dawai yang terdapat pada gagang gitar.

Lain halnya dengan sampe di mana alat musik ini dapat dimainkan
justru dengan jari-jari dari kedua belah tangan. Bedanya lagi,
apabila gitar pada umumnya memiliki 6 senar, pada sampe biasanya
hanya terdapat 3 senar meskipun ada juga sampe yang bersenar
4 dan seterusnya.

Dulu, dawai sampe menggunakan tali dari serat pohon enau,
namun kini sudah memakai kawat kecil sebagai dawainya.
Pada bagian kepala sampe (ujung gagang), dipasang hiasan ukiran
yang menggambarkan taring-taring dan kepala burung enggang.

* Fungsi dan Kegunaan








Sampe adalah alat musik yang berfungsi untuk menyatakan perasaan,
baik perasaan riang gembira, rasa sayang, kerinduan, bahkan
rasa duka nestapa.

Dahulu, memainkan sampe pada siang hari dan malam hari memiliki
perbedaan. Apabila dimainkan pada siang hari, umumnya irama
yang dihasilkan sampe menyatakan perasaan gembira dan suka-ria.

Sedangkan jika sampe dimainkan pada malam hari biasanya akan
menghasilkan irama yang bernada sendu, syahdu, atau sedih.

Terdapat ungkapan mengenai sampe yang termuat dalam Tekuak
Lawe, sastra lisan yang diturunkan dari generasi ke generasi
dalam tradisi masyarakat Dayak, khususnya suku Dayak Kanyaan
dan Kenyah.

Ungkapan yang berbunyi sape' benutah tulaang to'awah itu
secara har?ah dapat diartikan Sampe mampu meremukkan tulang-
belulang hantu yang bergentayangan.[

Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa alat musik sampe mampu
membuat orang yang mendengarnya merinding hingga menyentuh
tulang atau perasaan.

Bagi para tetua adat Dayak di zaman dulu, keyakinan akan
kesakralan sampe memang betul bisa dirasakan karena suasana
pedesaan dan nuansa adat pada saat itu masih sangat kental.

Hingga kini, kepercayaan akan tuah sampe masih diyakini oleh
para sesepuh Dayak, misalnya ketika sampe dimainkan dalam
suatu upacara adat.] Saat bunyi petikan sampe terdengar,
seluruh orang akan terdiam, kemudian terdengar sayup-sayup
lantunan doa atau mantra yang dibacakan bersama-sama.

Dalam suasana seperti ini, tidak jarang di antara mereka ada
yang kerasukan roh halus atau roh leluhur. Sampe juga
dimainkan pada saat acara pesta rakyat atau acara gawai padai,
sampe dimainkan untuk mengiringi tari-tarian yang lemah gemulai.

Seiring dengan perkembangan zaman, sampe kemudian tidak hanya
berfungsi sebagai alat musik untuk menyatakan perasaan saja,
namun sampe juga mulai sering dimainkan bersama dengan alat-
alat musik lainnya. Anak-anak muda Dayak gemar memainkan
sampe sembari berkumpul bersama di malam hari. Selain itu,
sampe dimainkan oleh kaum Lelaki Dayak untuk menarik perhatian
perempuan yang sedang ditaksirnya .[3] Sampe juga berfungsi
sebagai alat musik hiburan dalam suatu keluarga besar.

Tradisi orang Dayak yang tinggal di rumah betang membuat
sampe menjadi sarana yang termudah untuk meramaikan suasana
atau untuk menghibur ketika ada salah seorang anggota yang
sedang bersedih.[4] Di rumah betang, tersedia sebuah ruangan
besar untuk acara adat atau sebagai ruang keluarga.

Di ruang besar inilah, para pemuda Dayak saling unjuk
kemahiran dalam memainkan sampe Tidak hanya itu, sampe juga
sering dimainkan sebagai wujud rasa syukur atas peristiwa
atau moment tertentu, misalnya ketika hasil panen melimpah.

* Bahan dan cara pembuatan








Alat musik petik sampe dibuat dari bahan kayu pilihan. Kayu
yang dinilai mempunyai kualitas baik sebagai bahan pembuat
sampe adalah jenis-jenis kayu sebangsa kayu meranti, misalnya
kayu pelantan, kayu adau, kayu marang, kayu tabalok, dan
sejenisnya.

Jenis kayu-kayu itu dipilih karena kuat, tidak mudah pecah,
keras, tahan lama, dan tidak mudah dirusak atau dimakan
binatang seperti rayap. Semakin keras dan banyak urat
daging kayunya, maka suara yang dihasilkan sampe akan semaki
baik pula .

Untuk dawai atau senar sampe, pada awalnya masih menggunakan
tali yang berasal dari serat pohon enau atau aren, namun
sekarang senar sampe sering dibuat dari bahan kawat tipis s
ehingga bunyinya akan terdengar lebih nyaring .

Tahap-tahap pembuatan sampe adalah, pertama, batang pohon
diratakan dengan menggunakan kapak lalu dijemur sampai kering.

Setelah kayu benar-benar kering, balok kayu tersebut dilubangi
secara memanjang, namun tidak sampai tembus ke p  
    $       roses melubangi kayu sudah selesai, lalu diukir lagi
sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Kemudian dibuat
bahu atau gagang sampe kira-kira sebesar kepalan tangan.

Di bagian ujungnya, dibuat lubang sebagai tempat pemutarnya
sesuai dengan jumlah senar. Di setiap lubang putaran
tersebut ditusuk dengan ujung pisau untuk membuat tempat
memasukkan senar agar dapat dililitkan pada putarannya.

Sampai di sini tahap pembuatan sampe sebenarnya telah selesai,
namun biasanya dilanp  
    $     mbahkan ukiran dengan
ornamen khas Dayak, yakni dengan corak burung enggang dan
taring-taring hewan buruan yang merupakan lambang keagungan
dan kebesaran orang-orang Dayak. Tahap selanjutnya adalah
memasang senar di mana sebagai alat untuk menyeleraskan nada
menggunakan belahan rotan yang dipotong-potong. Belahan
rotan ini direkatkan dengan kelulut, sesuai dengan nada
yang diinginkan . Bentuk sampe pada umumnya menyerupai
perahu dan mempunyai bagian-bagian tertentu. Dalam bahasa
suku Dayak Kenyah, penyebutan bagian-bagian sampe yakni:
usa, mulam, batak, hudog sampe, uta, batuk, ndon, Iowong
sampe, dan seterusnya .

* Cara memainkan

Cara memainkan alat musik sampe adalah mula-mula senar-senar
sampe diselaraskan dengan perasaan pemetik nya. Hal ini
dilakukan karena sampe adalah alat musik yang berfungsi untuk
menyatakan perasaan seseorang. Oleh karena itu, hasil stem
senar-senar sampe tersebut berbeda-beda untuk setiap orang.

Bunyi senar yang dihasilkan itu masih merupakan nada-nada dasar.
Untuk menyelaraskan nada-nada lainnya dilakukan dengan memindah-
mindahkan ndon.

Dengan cara ini, sampe pun bisa dimainkan sesuai dengan nada
lagu yang diinginkan. Namun, jika ganti memainkan lagu
lain, maka ndon sampe juga harus diubah atau diselaraskan
lagi diinginkan.

Cara memetik sampe adalah dengan jari-jari kedua tangan,
baik tangan kiri maupun tangan kanan. Petikan ini akan
menghasilkan bunyi accord .[2] Pemetik sampe memainkan lagu
hanya dengan berdasarkan perasaan sehingga bunyi yang
dihasilkan pun akan mengena sesuai dengan perasaan si
pemetik.

___________

Penutup
___________

Demikian infonya para kawan sekalian...!

Dan tak ada lagi yang penulis ingin sampaikan, kecuali
secepatnya menikmati instrumen-nya alat musik Sampe ini.

Selamat malam...!






__________________________________________________________________
Cat :
SAMPEK (Alat Musik Tradisi Khas Dayak ) POS NI UHUR - YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=T_mydSflgZY
sape instrumental dayak - YouTube_2
Hebat!!! Merdunya Bule Ini Memainkan Alat Musik Khas Dayak - YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=EPyCiuqY53A








Tidak ada komentar:

Posting Komentar