Selasa, 02 Agustus 2016

Tari Ratoh Jaroe Aceh dan Muri


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Tari Ratoh dengan fokus pada
Tari Ratoh Jaroe yang telah mencatat Rekor Muri, serta
melihat hubungannya dengan Tari Saman dan Tari Ratoh Duek)
____________________________________________________









_________________

Kata Pengantar
_________________

Para kawan dimana-pon berada...!

Begini saja :

- Bagi suku Batak, Tortor adalah tari. Dan tari yang di
  sebut Tortor itu cukup banyak pembagiannya dan cukup
  banyak pula jumlahnya, karena menyangut banyak sendi
  kehidupan.

- Diluar suku Batak dengan perkecualian, bisa jadi
  menganggap bahwa Tari dari Suku Batak itu hanya 1
  yaitu Tortor. Habis perkara.

Hal ini, tak jauh beda dengan istilah "Tari Saman" dari
Aceh.

Cukup banyak orang berpikir bahwa tari apapun yang punya
ciri-ciri sama dengan Tari Saman, maka akan disebut
Tari Saman :

- Tari Ratoh Duek misalnya, hampir sama dengan Tari
  Saman, tapi tetap berbeda

Begitupun...!

- Tari Tari Ratoh Jaroe, hampir sama dengan Tari Saman,
  tapi tetap berbeda.

Hebatnya...!

Tari Ratoh Duek dan Tari Ratoh Jaroe disamakan pula,
padahal 2 hal yang berbeda.

Nah...!

Untuk dapat lebih memahaminya, berikut info sekitar
pengertian dan hubungan antara tari Tari Diatas.

Selamat menyimak dalam iringan animasi "Tari Ratoh
Jaroe".

Ingat...!

Tari Ratoh Jaroe dan bukan Tari lainnya, karena tari
ini telah mencatat Rekor MURI.

Selamat menyimak...!

_______________________________________
.
Sekilas info tentang Tari Ratoh Duek
_______________________________________











* Pengertian

Tari Ratoh Duek adalah tarian dari provinsi Aceh. Tarian
ini dilakukan oleh 11 wanita dan 2 syahie . Didampingi
irama Islam , unsur-unsur tari terlihat begitu harmonis.

Tari ini dibawakan dengan penuh semangat sebagai gambaran
tentang interaksi kehidupan sehari-hari dan kekompakan
masyarakat Aceh .

Hal ini tercermin dalam harmoni antara penari saat mereka
bertepuk tangan secara berirama . Tarian ini membutuhkan
gerakan tari yang harmonis dan nyanyian , mencerminkan
keharmonisan masyarakat Aceh.

Tari Ratoh Duek sangat populer di luar provinsi Aceh, namun
tarian ini di luar Aceh seringkali dianggap sebagai Tari
Saman.

Perbedaan tari Saman dengan Raeasi turunan dari Tari Saman.
Ketika tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif
Budaya Takbenda Warisan Manusia, maka sejak itu Tari Saman
dilarang untuk dibawakan oleh wanita, tari Saman hanya boleh
dibawakan oleh para lelaki dengan menggunakan pakaian khas
Gayo. Tarian saman yang biasa dimainkan remaja putri di
pesisir berubah menjadi ratoh duek. Dari ratoh duek kemudian
berubah lagi menjadi Tari Rateb Meuseukat.

* Tambahan










Assalammualaikum, jamee baro trok

Tameung, tameung jak pioh u ateuh tika

Karena, karena saleum Nabi kheun Sunnah

Jaro, Jaro ta mumat syarat mulia..

Penari-penari wanita mendendangkan lagu sembari menari;
menepuk-nepukan dada, menjentik-jentikan jari, menggeleng-
gelengkan kepala dan melakukan berbagai gerakan dalam
posisi duduk berlutut sambil sesekali bangun dari duduk
dan berdiri diatas lutut mereka, lalu kemudian sesekali
pula membungkukan badan hingga kepala-kepala mereka
nyaris menyentuh lantai.

Kemudian penari-penari tersebut  bergerak dalam posisi
duduk sambil menirukan gelombang air laut dan berdendang:

Hai laot sa

Ie lam ombak meu alon kapai jih

Ek tron meulumba-lumba

Hai bacut tek… dst

Begitulah para penari wanita menarikan tarian Ratoh Duek
(duduk berbincang-bincang atau seperti yang disebut Keith
Howard sebagai women chattering).

Jika ditilik dari unsur katanya, ratoh yang berasal dari
Bahasa Arab berarti rateb yaitu melakukan pujian-pujian
kepada Allah SWT melalui doa-doa yang dinyanyikan atau
diiramakan. Sedangkan duek yang berasal dari Bahasa Aceh
berati duduk.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ratoh Duek berarti
mendendangkan pujian-pujian (zikir) kepada Allah SWT
sambil duduk. Dahulu tarian ini ditampilkan dalam acara
pernikahan, kenduri naik haji, dan perayaan hari besar
keagamaan diantaranya malam terakhir Bulan Ramadhan,
Idul Fitri, Idul Adha dan Maulid Nabi.

Dan ya, itulah bentuk gerakan dan syair yang biasanya
kita temukan pada tarian ini. Seolah-olah sudah menjadi
pakem bahwa ketiga gerakan dan syair itu harus ditampilkan
dalam setiap penampilannya dewasa ini.

Do you know ? Apakah Anda tahu ?

Pertanyaan di atas (mengikuti jargon pada sebuah acara
di televisi nasional) saat ini mulai pantas dipertanyakan.

Fenomena yang terjadi adalah bahwa saat ini, Tari Ratoh
Duek yang sering ditarikan oleh pelajar wanita di Jakarta
selalu disebut “Tari Saman”.

Meskipun kini Tari Saman telah ditetapkan oleh UNESCO
sebagai Intangible Elements of World Cultural Heritage
pada tanggal 24 November 2011 dengan pakem yang telah
disahkan, kesalahan penyebutan Tari Ratoh Duek
sebagai Tari Saman tetap saja terjadi khususnya di
kalangan pelajar di kota-kota besar seperti Jakarta,
Bandung dan kota besar lainnya.


_________________________________________________________

Sekilas info tentang Tari Ratoh Duek yang disamakan
dengan Tari Saman
__________________________________________________________










Tari Saman yang biasa disebut kalangan pelajar di kota
besar (khusunya Jakarta) sebagai “Tari Saman” itu sebetulnya
adalah Tari Ratoh Duek. Kedua tarian ini, Tari Saman dan
Tari Ratoh Duek, sebetulnya merupakan dua jenis tari yang
sangat berbeda. Jadi sebetulnya, banyak oang yang sudah
sangat salah kaprah.

Perbedaan pertama yang sangat mencolok adalah bahwa Tari
Saman tidak ditarikan wanita, melainkan hanya pria dengan
jumlah ganjil. Sedangkan Tari Ratoh Duek seluruhnya ditarikan
wanita dengan jumlah genap.

Tari Ratoh Duek dikendalikan oleh dua orang syahi (penyanyi
syair di luar formasi duduk penari), sedangkan Tari Saman
dikendalikan oleh seorang penangkat yang duduk di dalam formasi
paling tengah. Syair Tari Saman selalu menggunakan Bahasa Gayo,
sedangkan syair Tari Ratoh Duek menggunakan Bahasa Aceh.

Lebih spesifik lagi, Tari Saman dibagi dalam beberapa gerakan
atau bagian utama dalam posisi duduk; rengum, dering, salam,
uluni lagu, lagu, anakni lagu dan penutup. Rengum merupakan
bagian pembuka dari tari berupa auman yang belum berbentuk
kata, dering adalah lanjutan auman yang sudah mempunyai
kata-kata, salam adalah pemberian salam kepada yang hadir
atau orang lain yang dihormati, uluni lagu gerakan lambat
sebelum guncang keras, lagu adalah gerakan yang memiliki
banyak variasi, dan anakni lagu berupa gerakan ringan yang
kadang-kadang terjadi selang-seling. Syair pun dibawakan
dalam tiga bagian; sek, redet dan saur. Sek merupakan
alunan suara keras yang merdu dengan nada khas, redet adalah
syair yang dinyanyikan oleh seorang penari (penangkat)
dan saur yang merupakan nyanyian bersama oleh semua penari.

Ratoh Duek ditarikan dalam bentuk yang lebih sederhana.
Maksudnya, gerakan dalam posisi duduk hanya terdiri dari
gerakan tangan menepuk dada dan paha, gelengan kepala ke
kanan dan ke kiri, gerakan duduk dan berlutut serta
mempersilangkan jari dengan penari di sebelahnya yang
dilakukan dengan urutan yang lebih fleksibel, dapat
berubah dan dikreasikan sewaktu-waktu. Namun demikian,
tari selalu dibuka dengan salam.

Syair pun hanya dinyanyikan sebagaimana biasa tanpa ada
bentuk gumaman.  Syair yang dibawakan hanya berupa nyanyian
yang dibawakan oleh syahi dan kemudian disahut dan diikuti
oleh seluruh penari lainnya.

Hal lain yang membedakan Tari Saman dengan Tari Ratoh Duek
adalah  kehadiran musik pengiring. Tari Saman tidak pernah
diiringi oleh musik tradisional apa pun, sedangkan Tari
Ratoh Duek acap kali ditemani oleh iringan rapai.

Lebih dari itu, terdapat perbedaan yang mencolok pada kostum.
Kostum penari Saman adalah pakaian tradisional Suku Gayo
yang disebut baju kantong dengan motif  kerawang (pakaian
dasar hitam dengan motif warna kuning, merah dan hijau)
dan di kepala dipakai bulang teleng yang disertai daun
kepies (saat ini sudah sullit ditemukan sehingga sering
diganti dengan daun pandan).

Tari Saman selalu membuka bulang teleng setelah gerakan
mulai kencang dan memakainya kembali setelah selesai.

Sementara penari Ratoh Duek menggunakan pakaian polos
berwarna (bisa merah, kuning, hijau, dan warna lainnya)
yang dipadu kain songket Aceh dan ikat kepala yang juga
berwarna yang dapat dimodifikasikan atau dikreasikan
(lihat gambar cover). Tari Ratoh Duek tidak pernah
melepas ikat kepala sejak awal sampai akhir.

Jadi, jelaslah bahwa tari yang saat ini sering dimainkan
oleh kalangan pelajar wanita di kota besar sebenarnya
adalah Tari Ratoh Duek.

Ketika sang pembawa acara mengatakan “Sambutlah dengan
meriah.. Tari Saman!” lalu yang keluar adalah penari wanita,
maka koreksi harus terjadi; bahwa tari tersebut mungkin
Tari Ratoh Duek, namun jelas bukan Tari Saman.


Setelah kita mengetahui perbedaan kedua tarian ini,
diharapkan tidak ada lagi kesalahpahaman mengenai profil
keduanya, karena kedua tarian ini jelas berbeda dan mempunyai
keunikan yang berbeda pula. Diharapkan, para pelaku seni
ini juga mempelajari dan mehami filosofi dan latar belakang
tarian yang akan mereka tarikan, tidak hanya sekedar
mempelajari gerak tarinya saja. Pada akhirnya, Tari Ratoh
Duek akan tetap menjadi Tari Ratoh Duek, dan Tari Saman
akan tetap menjadi Tari Saman.

________________________________________

Sekilas info tentang Tari Ratoh Jaroe
________________________________________










Tari Ratoh Jaroe ini merupakan perpaduan harmonis antara
gerak badan dan tangan. Formasi, kekompakan dan alunan
musik rapa’i menjadi ciri khas tarian ini.

Tarian ini memiliki arti puji-pujian dan dzikir terhadap
Allah SWT. Pasalnya, jika menilik asal namanya, Ratoh berasal
dari bahasa Arab yakni Rateb dan duek berasal dari bahasa Aceh
artinya duduk. Sehingga dapat diartikan bahwa tarian ini
merupakan medium puji-pujian terhadap Allah SWT yang
didendangkan sambil duduk.

Yang mana biasanya tarian ini dibawakan pada acara-acara
hari besar seperti pernikahan, kenduri naik haji, malam
terakhir Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha serta Maulid Nabi SAW.

___________________________________________________

Sekilas info tentang Tari Ratoeh Jaroe yang di
samakan dengan Tari Saman
___________________________________________________







Kartu Tari : Tari Ratoh Jaroe / Tari Ratoh Duek

Sekilas semua pasti menyangka tarian ini adalah Tari Saman yang
tersohor itu. Namun, bagi mereka yang mengenalnya mungkin tau
bahwa tarian ini adalah kembaran yang tidak identik dari
Tari Saman. Meski keduanya sama-sama berasal dari Nanggroe
Aceh Darussalam.

Tari Ratoh Jaroe ini merupakan perpaduan harmonis antara
gerak badan dan tangan. Formasi, kekompakan dan alunan
musik rapa’i menjadi ciri khas tarian ini.

Tarian ini memiliki arti puji-pujian dan dzikir terhadap
Allah SWT. Pasalnya, jika menilik asal namanya, Ratoh berasal
dari bahasa Arab yakni Rateb dan duek berasal dari bahasa Aceh
artinya duduk. Sehingga dapat diartikan bahwa tarian ini
merupakan medium puji-pujian terhadap Allah SWT yang
didendangkan sambil duduk.

Yang mana biasanya tarian ini dibawakan pada acara-acara
hari besar seperti pernikahan, kenduri naik haji, malam
terakhir Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha serta Maulid Nabi SAW.

Nah, sebaiknya untuk menghindari kekeliruan kita rasanya
perlu mengenal perbedaan kedua tarian asal Aceh ini (selain
perbedaan gerak tari yang ditampilkan) :
(Sumber : Kebudayaan Kemendikbud)

– Tari Saman ditarikan oleh laki-laki dalam jumlah ganjil,
  sedangkan Tari Ratoh Jaroe ditarikan oleh perempuan
  dalam jumlah genap.

– Tari Saman dikendalikan oleh seorang penangkat duduk di
  formasi tarian paling tengah, sedangkan Tari Ratoh Jaroe
  dikendalikan oleh dua orang syahi (penyair yang duduk di
  luar formasi penari).

– Tari Saman didendangkan lewat syair berbahasa Gayo,
  sedangkan Tari Ratoh Jaroe bersyair bahasa Aceh.

– Tari Saman tidak pernah diiringi oleh musik tradisional
  apapun, sedangkan Tari Ratoh Jaroe diiring oleh Rapai.

– Tari Saman berkostum pakaian tradisional Gayo yakni baju
  kantong bermotif kerawang (pakaian dasar hitam dengan motif
  kuning, merah dan hijau) serta hiasan kepala menggunakan
  bulang teleng dengan daun kepies atau daun pandan.

  Sementara Tari Ratoh Jaroe menggunakan pakaian polos merah,
  kuning, hijau dan lainnya berpadu dengan songket Aceh dengan
  penggunaan ikat kepala berwarna polos. (Ester Cahaya)


_____________

 Penutup
_____________

Demikian infonya para kawan sekalian...!

...dan...

Selamat malam...!










____________________________________________________________
Cat :
Ratoh Jaroh 2016 HUT TMII ke-41 (24Apr16) - YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=ygLNELdXKDs
6600 Penari tampilkan Ratoh Jaroe - Rekor MURI - 2016 - YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=jJAblRnwcHM


http://tariindonesiadunia.blogspot.co.id/2016/08/tari-ratoh-jaroe-aceh-dan-muri.html
http://tariindonesiadunia.blogspot.co.id/2016/08/tarian-hadrah-deli-serdang-dan-muri.html
http://tariindonesiadunia.blogspot.co.id/2016/08/katanya-tari-bedana-catat-rekor-muri.html
http://tariindonesiadunia.blogspot.co.id/2016/05/tari-saman-ke-unesco-terus-ke-muri.html
http://tariindonesiadunia.blogspot.co.id/2016/08/tari-manasai-massal-kalimatan-dan-muri.html




Tidak ada komentar:

Posting Komentar