Rabu, 27 Juli 2016

Tari Ronggeng dalam Hubungannya dengan Tari Jaipong


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Tari Ronggeng)
_________________________________________________








_____________________

Kata Pengantar
_____________________


Lewat link :
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/04/tari-jaipongan-dalam-keceriaan-erotis.html
penulis mengurai mengenai Tari Jaipong - Jawa Barat.

Mengenai hubungan Tari Ronggeng ini dengan Tari Jaipong
digambarkan wikipedia, sbb :

Seni tari Ronggeng Gunung mirip tari Jaipong, yang juga
berasal dari Jawa Barat. Namun, tari ini memiliki ciri
khas tersendiri, bahkan banyak tari Ronggeng di zaman
sekarang adalah perkembangan dari tari Ronggeng Gunung.

Berikut info lengkapnya para kawan.

Selamat menyimak...!
_______________________________________

Sekilas info tentang Tari Ronggeng
_______________________________________











* Pengertian

Ronggeng adalah jenis kesenian tari yang berkembang
di Tatar Pasundan atau Jawa di mana pasangan saling
bertukar ayat-ayat puitis saat mereka menari diiringi
musik dari rebab atau biola dan gong.

Ronggeng mungkin berasal dari Jawa, tetapi juga dapat
ditemukan di Sumatra dan Semenanjung Malaya.


* Sejarah'









Ronggeng di Sunda

Indonesia memiliki kesenian yang sangat beragam. Di antara
beragam kesenian, salah satunya yang sangat terkenal
adalah tari Ronggeng Gunung.

Tarian ini berasal dari Sunda, Jawa Barat, dan tersebar
hampir di seluruh Tanah Pasundan, termasuk di Pangandaran.

Dalam sejarahnya, tari Ronggeng Gunung dikisahkan sebagai
bentuk penyamaran Dewi Siti Semboja dari Kraton Galuh
Pakuan Padjajaran. Dewi Siti ingin membalas dendam atas
kematian kekasihnya bernama Raden Anggalarang yang tewas
di tangan perampok pimpinan Kalasamudra saat tengah
perjalanan menuju Pananjung, Pangandaran.

Saat itu Dewi Semboja selamat dan bersembunyi di kaki
gunung sekitar Pangandaran. Kemudian Dewi Semboja dan
pengiringnya menyamar sebagai Nini Bogem, yaitu penari
ronggeng keliling yang diiringi para penabuh gamelan.

Mereka berkeliling ke seluruh wilayah kerajaan hingga ke
pelosok pegunungan dengan tujuan untuk mencari pembunuh
kekasihnya tersebut. Dewi Samboja sendiri ada yang
menyebut sebagai putri ke-38 Prabu Siliwangi.








Kisah ini diperkuat dengan ditemukannya bukti arkeologis
tahun 1977 berupa reruntuhan candi di Kampung Sukawening,
Desa Sukajaya, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis.

Kalangan arkeolog menyebutnya Candi Pamarican, tetapi
masyarakat setempat lebih mengenalnya sebagai Candi
Ronggeng.

Dinamai Candi Ronggeng karena di sekitar lokasi ditemukan
arca nandi dan batu berbentuk kenong atau gong kecil.
Gong kecil itulah yang dipercaya mempunyai kaitan erat
dengan kesenian Ronggeng Gunung.

Sebenarnya kesenian Ronggeng Gunung bukan sekadar
hiburan, tetapi juga pengantar upacara adat. Dalam
mitologi Sunda, Dewi Samboja atau Dewi Rengganis hampir
sama dengan Nyai Pohaci Sanghyang Asri yang selalu
dikaitkan dengan kegiatan bertani dan kesuburan.

Karena itu, tarian Ronggeng Gunung melambangkan kegiatan
Sang Dewi saat bercocok tanam, yakni sejak turun ke
sawah, menanam padi, memanen, hingga akhirnya syukuran
atas keberhasilan panen.








Guna keperluan pertunjukan adat dan hiburan, Ronggeng
Gunung dibedakan cara penyajiannya. Ronggeng untuk upacara
adat dibawakan dengan pakem tertentu, seperti pentingnya
tata urutan lagu, sedangkan Ronggeng untuk hiburan
biasanya lebih fleksibel karena tidak ada pakem urutan
lagu.

Seni tari Ronggeng Gunung mirip tari Jaipong, yang juga
berasal dari Jawa Barat. Namun, tari ini memiliki ciri
khas tersendiri, bahkan banyak tari Ronggeng di zaman
sekarang adalah perkembangan dari tari Ronggeng Gunung.

Seni tari ini dipentaskan oleh lima orang wanita
berpenampilan cantik dan luwes dengan satu penari utama
mengenakan selendang dan diiringi oleh pengibing, yaitu
sekelompok laki-laki yang mengenakan sarung, sinden,
dan penabuh gamelan. Irama musik yang berasal dari
irama tabuhan kendang, boning, dan gong menghasilkan
irama sederhana, tetapi auranya mampu menggetarkan
hati penonton.

Kesenian ini memiliki satu aturan yang tidak boleh
dilanggar, yaitu antara penari dan pengibing tidak
diperbolehkan melakukan kontak langsung.

Mereka juga harus memiliki fisik kuat karena pertunjukan
dapat berlangsung selama berjam-jam.

Tari Ronggeng Gunung mengalami masa keemasan pada
1970-1980, tetapi tenggelam satu dekade kemudian.

Memasuki era 1990-an, sebagaimana kesenian rakyat lainnya,
tari ini terancam punah karena tidak ada peminat dan
sepinya tawaran untuk tampil. Satu per satu kelompok
ronggeng pun pensiun hingga hanya menyisakan sedikit
peronggeng.

* Ronggeng di Jawa








Ronggeng mungkin telah ada di Jawa sejak zaman kuno,
relief di bagian Karmawibhanga pada abad ke-8 Borobudur
menampilkan adegan perjalanan rombongan hiburan dengan
musisi dan penari wanita. Di Jawa, penampilan ronggeng
tradisional menampilkan rombongan tari perjalanan yang
berjalan dari desa ke desa.

Pasukan tari terdiri dari satu atau beberapa penari
wanita profesional, disertai oleh sekelompok musisi
memainkan alat musik: rebab dan gong. Istilah
"ronggeng" juga diterapkan untuk penari wanita.







Selama penampilan ronggeng, para penari profesional
perempuan diharapkan untuk mengundang beberapa penonton
laki-laki atau klien untuk menari dengan mereka sebagai
pasangan dengan memberi uang tips untuk penari wanita,
diberikan selama atau setelah tarian. Pasangan tarian
intim dan penari perempuan mungkin melakukan beberapa
gerakan yang mungkin dianggap terlalu erotis dalam standar
kesopanan etiket keraton Jawa. Pada masa lalu, nuansa
erotis dan seksual dari tarian ronggeng memberinya
reputasi buruk sebagai prostitusi yang terselubung
seni tari.

* Dalam media lain









Ronggeng adalah tema utama dari novel Ronggeng Dukuh
Paruk karya Ahmad Tohari, yang menceritakan kisah
seorang gadis penari ronggeng yang juga seorang pelacur
di sebuah desa terpencil di Jawa Tengah. Ronggeng terkait
erat dengan tari Jaipongan Sunda.

__________

Penutup
__________

Demikian infonya para kawan sekalian...!

...dan...

Selamat malam...!









_____________________________________________________________
Cat :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar